Apa Sih Babymoon Itu

Babymoon ke-3
Sebelum hamil tidak pernah terbayang kalau sesudah honeymoon itu akan ada babymoon. Sudah menjadi tren, babymoon sangat identik dengan liburan bersama pasangan mumpung si kecil belum lahir dan seluruh perhatian berfokus padanya. Itu sih yang awalnya saya pahami ketika pertama kali saya merencanakan babymoon bersama pasangan. Ternyata setelah saya coba menelusuri, istilah babymoon ini pertama kali dipopulerkan oleh Sheila Kitzinger, seorang natural childbirth activist dan social anthropologist dari Inggris yang juga banyak menuliskan buku tentang kelahiran dan kehamilan.

Babymoon menurut Sheila adalah sebuah masa transisi dimana untuk berperan menjadi seorang ayah akan lebih mudah jika seorang pria membuat waktu khusus untuk bisa bersama dengan pasangan dan bayinya. Intinya menjadi ayah yang siaga, siap ganti popok, memandikan, menggendong, dll yang pastinya akan sangat menyenangkan sekali untuk ibu yang baru melahirkan. Menarik ya, semoga saya masih bisa mendapatkan bukunya yang sudah 20 tahun lalu ditulis oleh Sheila. Pendapatnya ini sangat relevan dengan tren sekarang yang menunjukkan perubahan relasi hubungan dalam mengurus anak, dimana urusan anak bukan hanya “monopoli” ibu tetapi juga memberikan kesempatan untuk ayah untuk berperan. Contoh kekinian salah satunya dalam menyukseskan program ibu menyusui, semisal gerakan di Indonesia yang dipelopori oleh @ID_AyahASI.

Si adik dimandikan bapaknya saat masih di rumah sakit
Selanjutnya istilah babymoon ini bergeser mengikuti perkembangan zaman dan tren travel industry menjadi menghabiskan waktu (romantis) bersama pasangan dengan berlibur saat hamil sebelum si kecil lahir. Inilah istilah babymoon yang lebih populer sekarang ini yang merupakan salah satu hal yang paling diidamkan oleh calon ibu seperti saya. Setidaknya itulah salah satu ngidam yang kronis (alias alasan untuk jalan-jalan) setiap kali saya hamil. Saat yang paling tepat untuk babymoon adalah trimester kedua menjelang trimester ketiga. Ketika itu biasanya energi di tubuh rasanya lebih banyak dan si bayi dalam kandungan juga sudah aman untuk dibawa pergi jarak jauh. Saya selalu melakukan konsultasi dengan dokter kandungan sebelum memutuskan untuk babymoon. Juga menyesuaikan gaya babymoon dengan kondisi kesehatan serta ritme tubuh saya, sehingga saya tidak kelelahan dan tidak membahayakan si bayi.

Babymoon pertama saya tidak jauh-jauh hanya pergi ke Bali yang juga sekaligus merupakan tempat honeymoon dulu. Kenapa Bali? Pastinya karena aman (baca: makan enak, suasana romantis, fasilitas lengkap) mengingat ini kehamilan pertama dan sebenarnya saya masih harap-harap cemas melakukan babymoon walaupun sempat juga sedikit road trip menelusuri Pulau Dewata. Selanjutnya babymoon kedua road trip ke beberapa negara Eropa, ke tempat asal mafia, naik-naik ke tempat tinggi alias bukit dan menara, terjebak di kereta yang mogok, dll. Lalu babymoon ketiga road trip ke Balkan & Greece yang sedang menjadi tempat bagi pengungsi dari Syria, naik-naik bukit (lagi), sempat tergelincir di salju, berjalan kaki dengan cuaca cukup ekstrim -19*C. Ini adalah babymoon terakhir dan paling menantang karena bukan cuma membawa anak di perut bersama suami, tapi juga bersama anak balita.


Beberapa hari setelah si adik lahir dan pulang ke rumah
Mungkin ada benarnya semua ngidam itu bawaan bayi, karena setelah semua anak-anak itu lahir saya lumayan deg-degan mengingat babymoon saya terutama yang kedua dan ketiga. Sebenarnya saat tidak hamil bayangan babymoon itu lebih seperti babymoon saya yang pertama; bersantai-santai ke spa dan makan-makan enak, tapi nyatanya “panggilannya” tidak sama untuk kehamilan-kehamilan yang selanjutnya. Itulah sekilas tentang babymoon, tapi apapun definisi yang digunakan pastinya babymoon buat saya adalah ritual yang menyenangkan sebelum maupun sesudah anak-anak lahir. Saya dan suami bisa menyiapkan mental saat anak-anak kami lahir. Kami jadi makin terbiasa untuk saling mengurus; road trip seperti halnya pernikahan tidak bisa hanya mengandalkan satu pihak saja untuk bisa berhasil, perlu kolaborasi dan kerjasama yang penuh komitmen.

Saat anak-anak lahir suamilah yang memandikan mereka sampai berusia 3 bulan (baru saya berani memandikan), mengganti popok, menggendong, dll. Jadi babymoon kami tidak berakhir saat perjalanan usai, tapi masih terus berlanjut setelah anak-anak lahir. Kami percaya bahwa anak-anak yang juga diurus oleh ayahnya akan dapat tumbuh dan berkembang dengan segala kebaikan yang penuh dalam hati dan pikiran mereka. Selain itu babymoon juga bermanfaat untuk anak saya yang masih balita untuk turut merasakan ikatan batin dengan adiknya yang masih dalam kandungan. Ini bagus untuk mereka sehingga saat adiknya lahir, si kakak tidak mengalami kesulitan yang berarti untuk menerima kehadiran adiknya. Si adik pun seolah sudah lama mengenal si kakak dan ceria ketika bersama-sama. 

Jadi sebenarnya untuk saya dan keluarga, babymoon bukanlah hanya tentang jalan-jalan apalagi road trip, tapi lebih kepada penguatan ikatan batin dan persiapan mental untuk menerima kehadiran anggota keluarga baru. Hanya saja cara yang menyenangkan dan paling berkesan untuk saya dan keluarga adalah diawali dengan road trip. Setelah itu segala memori yang tercipta saat babymoon bisa menjadi pembangkit semangat saat mengurus anak-anak sebelum tiba saatnya untuk mengajak mereka road trip bersama-sama.
















0 comments