Rute Panjang Menuju Balkan (Bagian I)

Papan rute perjalanan di dalam bus

Seringkali dalam membuat rencana perjalanan banyak tambahan itinerary yang tercetus secara impulsif. Awalnya untuk babymoon ketiga, saya dan suami bersama si kakak serta si adik yang masih dalam kandungan hanya akan road trip keliling Greece. Tapi setelah melihat peta, nampaknya seru juga kalau bisa pergi ke wilayah Balkan. Namun ada sedikit kendala karena alasan keamanan tidak disarankan untuk menyewa mobil dari wilayah Eropa Barat ke Eropa Timur dan sesama wilayah Eropa Timur.

Memberi makan bebek saat mampir ke Netherlands

Jadi kami harus menyesuaikan rute perjalanan dengan kombinasi bus, masalahnya mendapatkan informasi mengenai jadwal bus di internet tidak semudah itu dan kalaupun ada pasti bukan menggunakan Bahasa Inggris. Bermodal terjemahan yang semoga saja tidak terlalu meleset dari Google Translate kami pun menetapkan hati untuk tetap pergi ke dua wilayah Balkan yaitu Bulgaria dan Macedonia. Sebenarnya ingin juga sekalian ke Albania, Serbia dan Romania. Tapi lagi-lagi karena kendala transportasi yang kurang memadai dan berhubung saya juga sedang hamil dan membawa si kakak yang belum genap berusia 3 tahun niat itu kami simpan dulu.

Frankfurt Airport

Seperti perjalanan – perjalanan  yang lalu, kami selalu masuk ke Eropa melalui Netherlands, selain cukup mudah memperoleh Visa Schengen kebetulan juga banyak teman dan kerabat yang akan sekalian kami kunjungi di minggu terakhir perjalanan. Bedanya kali ini adalah pengalaman pertama kami terbang dengan Turkish Airlines dengan rute Jakarta – Instanbul (transit) – Amsterdam, semuanya baik-baik saja namun untuk lain waktu mungkin saya akan lebih memilih maskapai yang langsung atau transit di Timur Tengah karena ternyata rasanya transit di Istanbul itu cukup tanggung, harus meneruskan lagi penerbangan ke Amsterdam dengan waktu tempuh yang tidak sebentar tapi juga masih kurang lama untuk membuat anak kembali tertidur saat di pesawat.

Hujan mengawali penerbangan dari Frankfurt k Sofia

Serunya ternyata kami kebetulan satu pesawat dengan kakak dari seorang teman akrab saya, nampaknya ini pertanda baik untuk perjalanan kami. Ia dan suaminya akan kembali ke rumah mereka di Germany dan kami meneruskan penerbangan ke Netherlands. Setelah sampai di Netherlands dan bermalam esoknya kami melanjutkan perjalanan dengan rute penerbangan Amsterdam – Frankfurt (transit) – Sofia menggunakan Lufthansa. Ternyata Bandara Frankfurt  cukup berliku untuk transit, memakan waktu hampir 1 jam untuk mencapai terminal keberangkatan, beruntung kami tidak ketinggalan pesawat.

Tiba di Sofia Airport

Setelah sekitar 2 jam penerbangan, kami tiba di Sofia, Bulgaria. Bandaranya tidak terlalu ramai, malahan terbilang sepi. Setelah mengambil bagasi, kami segera menuju pintu keluar dan mencari supir mobil sewaan yang akan mengantar kami ke hotel. Ternyata seorang pria muda sudah membawa papan pengumuman berisi nama suami saya. Saat berjalan menuju mobil banyak sekali supir taksi yang menunggu calon penumpang. Kali ini saya memilih amannya saja dengan mobil sewaan karena si kakak ikut dalam perjalanan. Jadi sekiranya apa yang bisa dipesan jauh-jauh hari sebelum perjalanan sudah saya lakukan mengingat beberapa pengalaman yang kurang baik dengan supir taksi saat babymoon kedua di Eropa Timur.

Tempat pengambilan bagasi ,Sofia Airport

Selama di perjalanan saya dan suami sempat bertanya tentang negaranya kepada si supir yang ternyata masih kuliah . Kami bercerita bahwa media menginformasikan bahwa sebenarnya Bulgaria tidak direkomendasikan untuk dikunjungi karena banyaknya pengungsi dari Syria. Ia pun menanggapi dengan santai dan meminta kami untuk melihat melalui jendela selama di perjalanan dan mencari apakah kami bisa menemukan pengungsi di jalanan yang kami lewati. Benar saja, tidak terlihat satu pun pengungsi ada di jalan. Ia sebagai warga Sofia belum pernah melihat pengungsi secara langsung karena mereka berada di tempat khusus. Cukup masuk akal jawabannya, memang seringkali apa yang diberitakan di media tidak selalu merepresentasikan apa yang dialami masyarakat lokal.

Salah satu sudut jalan di Sofia, Bulgaria

Rupanya kami adalah Orang Indonesia pertama yang dijumpainya, ia tidak mengetahui banyak tentang Indonesia, tapi pernah mendengar tentang Bali. Karena asyik berbincang-bincang perjalanan dari bandara terasa sangat singkat, tak lama kami pun tiba di hotel. Setelah membayar biaya sewa mobil suami saya bertanya bagaimana mengucapkan terima kasih dalam Bahasa Bulgaria dan selanjutnya memberi tips yang nampaknya tidak lazim di sana. Caranya suami saya meminta supir untuk menyimpan kembalian, ia pun terkejut dan mengucapkan banyak terima kasih…"blagodaria…blagodaria…"

Central Bus Station Sofia

Kami hanya semalam menginap di Hotel Favorit, Sofia, Bulgaria dan paginya melanjutkan perjalanan ke Skopje, Macedonia dengan bus. Jadwal bus kami dapatkan dari matpu.com dan tiketnya dibeli di Central Bus Station saat pagi hari oleh suami saya. Letak hotel hanya 300 meter dari Central Bus Station dan juga dekat dengan Central Train Station. Namun untuk road trip sangat disarankan untuk menggunakan bus, karena kondisi kereta yang kurang baik membuat perjalanan dapat memakan waktu jauh lebih panjang. Pagi hari udara cukup cerah dan kami memutuskan untuk berjalan kaki saja menuju ke terminal bus mengingat jaraknya yang cukup dekat. Suami menarik koper kami dan saya mendorong si kakak di stroller. Awalnya sempat ragu untuk membawa koper besar bepergian cukup jauh, namun mengingat kami pergi saat musim dingin yang tidak menentu jadi untuk amannya buat ibu hamil dan si kakak maka koper besar kami bawa saja.

Antrian masuk ke dalam salah satu bus

Saat masuk ke dalam bus, rasanya seperti menaiki bus "jadul" tapi dengan kecanggihan masa kini karena bus yang kami tumpangi walaupun interiornya terkesan tua namun tetap bersih dan dilengkapi koneksi Wifi. Perjalanan dari Sofia menuju Skopje memakan waktu sekitar 4 jam termasuk 1 jam waktu antri melewati pemerikasaan di perbatasan antar negara. Kadang banyak hal tidak terduga yang dapat memperpanjang waktu tempuh perjalanan. Agar si kakak tidak bosan selama perjalanan saya sudah menyiapkan snack andalan road trip yaitu buah-buahan dan roti/ kue serta mengunduh film-film animasi kesukaannya sebagai pelengkap games selama di perjalanan. Untungnya bus dilengkapi dengan meja, jadi sangat membantu untuk meletakkan makanan atau gadget saat si kakak menonton. 

Bus Bersih dan dilengkapi Wifi

Dari dalam bus dapat terlihat rumah-rumah penduduk dan pemandangan alam yang bergantian menemani kami sepanjang perjalanan. Sesaat sebelum memasuki perbatasan Bulgaria – Macedonia, bus berhenti sejenak di Bus Station, Kyustendil yang dekat dengan perbatasan Bulgaria – Macedonia. Kota Kyustendil termasuk dalam program “Tourism Without Border” yang dibuat oleh Uni Eropa untuk Bulgaria dan Macedonia dengan tujuan mempromosikan tourism yang didasari oleh kesamaan latar belakang sejarah, tradisi dan budaya. 

Rumah-rumah penduduk terlihat dari dalam bus

Saat bus berhenti, supir bus mempersilakan kami untuk turun dari bus dan istirahat sejenak, karena menurut informasi saat pemeriksaan dokumen di perbatasan bisa saja berlangsung lama. Udara cukup dingin jadi suami mengajak saya dan si kakak untuk menunggu di satu-satunya kafetaria yang ada di situ. Kami memesan minuman hangat dan menumpang ke kamar kecil. Saat melakukan pembayaran kami tidak menggunakan Lev/ Leva melainkan Euro. Lebih praktis, tidak perlu berkali-kali menukar mata uang walaupun nilai tukarnya jadi sedikit lebih mahal. Setengah jam waktu istirahat berlalu, supir pun segera memanggil seluruh penumpang untuk masuk dan dengan teliti menghitung jumlah penumpang agar tidak ada yang tertinggal. Setelah lengkap, bus pun kembali melaju menuju perbatasan.


0 comments