Sejak lama New Zealand merupakan salah satu negara yang ingin sekali saya kunjungi. Namun kenyataannya sejak sebelum menikah hingga kini menjadi
familygoers dengan dua anak, selalu saja
mindset saya untuk
road trip seru tapi “aman” ya cuma ke Eropa. Sampai ketika saya diundang Female Daily Network untuk menghadiri acara
travel blogger gathering. Hari itu saya bertemu Marischka Prudence yang menceritakan panjang lebar tentang pengalamannya traveling ke New Zealand. Saya pun sempat mengungkapkan kegalauan saya yang lagi-lagi ingin terus kembali ke Eropa alias susah move on. Saya bertanya pada Pru tentang keunggulan New Zealand yang sekiranya bisa membuat saya tertarik untuk meresapi petualangan di sana. Memang membandingkan New Zealand dengan Eropa yang terdiri dari banyak negara sebenarnya tidak "
apple to apple", namun paling tidak ada sesuatu yang sekiranya bisa membuat Pru yang sudah keliling dunia begitu antusias menceritakan pengalamannya di New Zealand selain keindahan alamnya dan fasilitas wisata yang berkualitas.
Benar saja, jawaban dari pertanyaan saya ternyata adalah orang-orang lokalnya yang hangat membuat New Zealand begitu menarik. Walaupun nampaknya sederhana, namun itulah esensi sebenarnya dari traveling yang selama ini saya lakukan,
“to meet the people and learn something from them”. Sejauh apapun saya traveling tapi tanpa berinteraksi dengan orang lokal rasanya hanya akan sama seperti saat mengunjungi sebuah tempat wisata berisi semisal miniatur-miniatur landmark dunia,
“cool for taking pictures but that’s it”, tak ada kesan mendalam yang tersisa apalagi sesuatu yang bisa lebih jauh dipelajari jika traveling hanya sebatas itu. Untuk mengetahui tentang tempat-tempat wisata sekarang ini kita cukup membuka google, tapi untuk mengenal orang-orangnya tak lengkap jika tanpa bertemu dan berinteraksi langsung. Paling tidak itulah pandangan saya dan saat itu juga saya goyah…terlebih saat Pru mengatakan,”…sudah saatnya untuk
move on…”, seperti
keyword yang selama ini saya tunggu.
Sesederhana itu jawaban yang saya perlukan dan sukses New Zealand terus mengisi benak saya. A dream trip to New Zealand nampaknya akan saya coba raih dengan perencanaan yang matang supaya nantinya pengalaman pertama saya ke sana akan seseru yang terbayang. Langkah pertama seperti biasa adalah mencari penerbangan dengan harga dan lama penerbangan yang masuk akal. Pilihan saya jatuh ke Malaysia Airlines yang memiliki jadwal penerbangan 7 kali per minggu untuk rute Jakarta – Auckland (transit di Kuala Lumpur) dengan harga tiket kelas
economy mulai dari IDR 8jutaan dengan bagasi 30kg dan kelas
business IDR 30 jutaan dengan bagasi 40kg. Ketersediaan tiket dan harganya bisa di cek langsung melalui
malaysiaairlines.com. Selain itu jika bergabung dalam
frequent flyer programme yaitu Enrich juga terdapat banyak keuntungan menarik yang diberikan, untuk mendaftar sebagai anggota tidak dikenakan biaya. Hal yang tak kalah penting adalah urusan makanan selama dalam pesawat juga nampaknya akan sesuai dengan selera saya yang “Berlidah Asia”.
Langkah kedua adalah mencari
Points of Interest (POI) di New Zealand yang menarik minat saya melalui
newzealand.com dan mencari tahu persyaratan untuk mengurus visa yang dapat diakses melalui
vfsglobal.com/newzealand/Indonesia. Persyaratan mengurus visa tidak saya jelaskan panjang lebar disini selain catatan bahwa hanya perlu bayar satu untuk satu keluarga dalam satu Kartu Keluarga terdiri dari: suami, istri dan anak mereka berumur 20 tahun kebawah. Menarik sekali untuk
familygoers seperti saya dan suami yang memiliki dua anak sehingga bisa lebih ekonomis. Kembali soal POI,
newzealand.com rupanya memiliki informasi yang lengkap dan dilengkapi dengan Bahasa Indonesia sehingga lebih nyaman untuk diakses.
Begitu banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan saat berkunjung ke New Zealand dan yang menyenangkan untuk saya ternyata aktivitas berbasis alam pun tetap ramah untuk keluarga. Mulai dari melihat burung kiwi sampai penguin raja, menjelajahi bentangan alam geotermal dan merasakan mandi di kolam lumpur yang ternyata pemiliknya adalah orang Indonesia. Lalu bisa juga melakukan hal sederhana seperti jalan kaki dan naik sepeda sambil menikmati pemandangan alam. Berkunjung ke museum dan mempelajari budaya Maori serta sejarah New Zealand juga bisa jadi alternatif, ternyata banyak museum yang gratis atau biayanya terjangkau. Tak lupa juga mengunjungi rumah para Hobbit. Tapi tentunya yang paling seru untuk dilakukan di New Zealand adalah kegiatan yang sarat petualangan. Walaupun judulnya petualangan tapi tetap cocok untuk anak-anak seperti menuruni bukit menggunakan
luge (kereta luncur) atau di dalam Zorb, main ski, naik perahu jet di sungai, dan tentunya bertemu dan mengenal orang lokal terutama saat melakukan
road trip.
Melihat POI yang ada, sebenarnya New Zealand sangat menarik untuk dijelajahi tanpa itinerary yang terjadwal. Namun jika belum memiliki waktu dan budget yang memungkinkan, nampaknya
arranged tour dapat menjadi pilihan untuk mendapatkan pengalaman yang tetap berkesan melalui perjalanan yang efektif dan sesuai budget. Oleh karena itu saya memasukkan langkah ketiga, yaitu mencari
arranged tour melalui
travel agent yang terpercaya semisal Dwidayatour yang sudah berdiri sejak tahun 1967. Tahun 2016 lalu Dwidaya merupakan
best selling agent yang juga memiliki cabang dan waralaba terbanyak serta memiliki inovasi terbaik. Selain itu juga Dwidaya merupakan pelopor sistem
online booking dengan variasi fitur terlengkap sehingga memudahkan untuk mencari paket-paket yang sesuai kebutuhan melalui
dwidayatour.co.id. Ada beberapa yang sempat saya lihat-lihat yang paket menarik, nampaknya ini akan bisa jadi pengalaman pertama saya menggunakan
travel agent kalau memang saya mendapat kesempatan untuk berangkat ke New Zealand
.
Setelah merangkum semua informasi tentang New Zealand, dapat disimpulkan bahwa di sana aman dan tentram, pemandangan alamnya spektakuler, banyak hal yang dapat dilihat dan dilakukan, infrastruktur pariwisata yang sangat baik, kebudayaan yang unik dan tentunya orang yang berkunjung akan disambut dengan hangat. Semua rencana sudah terbayang untuk dilakukan, sekarang saya tinggal menunggu saat yang tepat untuk pergi ke sana.
”Kia Ora”, semoga suatu hari nanti saya bisa mendengar langsung sapaan hangat ini saat berkunjung ke New Zealand.
***Artikel ini dibuat dalam rangka
blog competition atas undangan Female Daily Network, Dwidayatour, New Zealand Tourism Board dan Malaysia Airlines
0 comments